Jumat, 25 Desember 2009

* Perdana Mentri Khin Nyunt (korban Konspirasi?)


Khin Nyunt, Korban perang Bisnis Militer Myanmar

Senin malam, 19 Oktober lalu, pasukan tentara Myanmar mengambil posisi siap tempur didepan rumah Perdana Mentri Jendral Khin Nyunt di yangon. Penambahan pasukan juga terlihat didepan markas besar pasukan intelijen Militer Myanmar.

PM Khin Nyunt dicopot dari jabatannya dan mulai dikenai tahanan rumah malam itu juga. Namun, beritanya baru merembes keluar esok harinya dan dikonfirmasikan pemerintah Myanmar. "Khin Nyun disingkirkan dari posisinya," kata PM Thailand Thaksin Sinawatra kepada wartawan.

Menurut juru bicara pemerintah Thailand Jakrapob Penkair, dalam surat perintah pencopotan juga disebut, Khin Nyun terlibat korupsi dan tak layak tetap berada diposisinya. Namun, tambah Jakrapob, "masih tak jelas siapa yang menandatangani perintah itu."

Televisi dan radio Myanmar sama sekali tak memberitakan soal penahan itu. Menurut kantor berita Reuter, kedua media massa yang dikuasai pemerintah Yangon itu hanya menyebutkan bahwa Khin Nyunt sudah pensiun karena alasan kesehetan dan digantikan oleh Jendral Angkatan Darat Soe Win lewat pengangkatan yang ditandatangani orang kuat junta Jenderal Senior Than Shwe.

Tak ada berita kerusuhan dari Myanmar, negara terbesar di daratan Asia Tenggara. Diperkirakan negara itu akan melanjutkan hubungan baik di bidang diplomatik maupun perdagangan dengan Cina, Thailand, India, dan negara-negara lain yang tak mau mengikuti seruan Amerika Serikat untuk mengenakan sangsi internasional pada Myanmar. Kunjungan Jenderal Senior Than Shwi ke India yang baru saja berakhir mengindikasikan hal itu.

Militer Myanmar, yang sikapnya semakin kerasakibat perang selama lebih dari 50 tahun untuk menumpas pemberontakan berbagai kelompok etnik bersenjata di sepanjang daerah perbatasannya, diperkirakan juga akan terus mendukung kepemimpinan jenderal garis keras Than Shwi dan tangan kanannya, Jenderal Maung Aye.

***

Pencopotan dan penahan PM Khin Nyunt sungguh diluar dugaan. Melihat posisi dan peranannya selama ini, ia sebetulnya bukan tokoh yang pantas tersingkir atau disingkirkan dari jajaran kepemimpinan rezim militer Myanmar. Meski sebagian perwira tinggi lain mencemoohnya karena tak pernah bertugas digaris depan, ia tetap pemain kunci yang tak bisa diabaikan. Antara lain karena posisi yang sudah ia duduki selama 20 tahun sebagai Kepala Dinas Direktorat Intelijen pertahanan yang sangat berkuasa.

Khin Nyunt sungguh figur yang pas menjadi pimpinan dalam jajaran militer Myanmar yang dikenal brutal. Laki-laki berkacamata yang tak pernah tersenyum itu hampir selalu tampil dalam pakaian seragam militer Myanmarberwarna hijau Zaitun. Citra keras ini jauh dari gambaran seorang bintang film, profesi yang dulu sempat jadi cita-citanya.

Meski demikian, pemerintah dan para diplomatasing di Yangon menilainya sebagai salah seorang tokoh yang paling gampang dihubungi dan paling pantas duduk dalam jajaran kepemimpinan junta. Khin Nyunt adalah tipe pemimpin pragmatis dan pekerja keras, yang berperan merombak total kebijakan luar negri Myanmar. Juga berkat usaha seriusnya Myanmar akhirnya bisa diterima sebagai anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 1997.

Dalam urusan dalam negri, perannya juga tak main-main dalam membujuk hampir 20 kelompok etnik bersenjata penentang rezim, sampai mereka akhirnya bersedia menandatangani perjanjian gencatan senjata. Diantara kelompok-kelompok etnik minorita Myanmar yang utama, hanya tinggal kelompok suku Karen yang belum sempat melakukannya sampai saat Khin Nyunt dipecat.

Kesetiaannya kepada junta juga tak perlu diragukan, dan telah ia buktikan dalam berbagai kesempatan. Saat baru beberapa tahun menjabat sebagai kkepala intelijen militer, pada tahun 1988 Khin Nyunt ikut terlibat dalam kebijakan penindasan berbagai aksi demonstrasi rakyat Myanmar yang menentang kekuasaan militer. Diperkirakan , ratusan atau bahkan ribuan demonstran tewas ketika itu sebagai akibat tindakan penumpasan yang brutal, yang dilakukan tentara.

***

Namun, para pengamat politik Myanmar menilai Khin Nyunt sebagai tokoh paling moderat diantara para jenderal junta yang dikenal tak kenal kompromi. Sikap moderatnya langsung terlihat segera setelah ia menjadi perdana mentri, Agustus 2002. Ia mengajukan usulan tujuh langkah peta jalan menuju reformasi demokratik. Seruannya agar Sidang Nasional (national Convention) segera digelar kembali untuk menyusun rancangan konstitusi baru merupakan langkah pendahuluan Khin Nyunt dalam rangka pelaksanaan peta jalan menuju demokrasi (roadmap to democracy). Konvensi nasional ini sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1993, tetapi kemudian ditangguhkan pada tahun 1996.

Pemecatan Khin Nyunt kembali meredupkan harapan akan terjadinya reformasi dan berakhirnya kekuasaan militer di Myanmar. Tersingkirnya Khin Nyunt justru membuka jalan bagi Than Shwe dan para jenderal garis keras lain untuk merapatkan barisan dan memulihkan kekuasaan. Dengan Soe Win sebagai perdana mentri baru, artinya tiga posisi teratas dalam junta kini secara efektif semua diisi oleh para tokoh militer garis keras. Dominasi mereka merupakan kabar buruk bagi pemimpin prodemokrasi Aung San Suu Kyi, tahanan politik paling sohor diseluruh dunia, yang sudah tujuh tahun menderita sebagai tahanan rumah di Yangon.

Suu Kyi tetap bercita-cita membawa demokrasi ke Myanmar meski junta militer menghalangi partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpinnya untuk memerinyah setelah meraih kemenangan mutlak dalam pemilihan umun (pemilu) tahun 1990.

Junta sering kali menuduh Suu Kyi sebagai boneka AS,Inggris, dan kekuatan-kekuatan asing yang ingin cuma mengeruk kekayaan alam Myanmar yang banyak belum dimanfaatkan. Namun Khin Nyunt dilaporkan justru setuju berunding dengan Suu Kyi. Sang jenderal setidaknya sudah dua kali bertemu dengan peraih penghargaan nobel itu dan menunjukan simpati dengan menyatakan, "saya pikir, ia seperti adik perempuan saja."

Para pengamat memperkirakan sikap moderat Khin Nyunt menimbulkan kekhawatiran pada diri Than Shwe, ketua junta militer yang disebut Dewan Perdamaian dan pembangunan Negara (State Peace and Development Council/SPDC). Pasalnya, perubahan ke arah demokrasi yang bakal dihasilkan sikap ini dapat mengancam keamanan masa depannya.

Menurut Dr Aung Kin, pakar sejarah Myanmar yang tinggal di London, pencopotan Khin Nyunt memang dapat dikaitkan dengan hasrat Than Shwe untuk mengamankan masa depannya. Dalam usianya yang sudah mencapai 71 tahun, Than Shwe telah melewati usia pensiun yang umum berlaku bagi para jenderal Myanmar. Namun, ia masih saja merisaukan masa depannya jika suatu kali harus pensiun dan tak lagi berkuasa.

"Seragam militer adalah hal yang sangat penting di Myanmar," kata Aung Kin. "Tanpa itu, Than Shwe akan kehilangan kekuasaan maupun keamanannya."

Kini Than Shwe sudah menyelesaikan masalahnya dengan menyikirkan elemen-elemen dalam tubuh intelijen militer yang dapat membahayakannya. Khin Nyunt ia pecat dan dikenai tahanan rumah bersama sejumlah perwira intelijen lainnya.

Bulan lalu Khin Nyunt sempat dipermalukan. Pasukan tentara reguler Myanmar dilaporkan melakukan penyerangan ke sebuah pos pemeriksaan daerah perbatasan Myanmar-Cina yang dikuasai para perwira intelijen militer yang tak lain adalah bagian dari anak buahnya. Di dalam pos pemeriksaan di daerah Muse itu, yang berlokasi sekitar 500 kilometer sebelah utara Yangon, ditemukan emas batangan, batu giok, dan uang tunai dalam jumlah besar.

Antara lain karena peristiwa itulah para analis politik Myanmar juga mengaitkan kejatuhan Khin Nyunt dengasn adanya persaingan bisnis yang tajam di antara faksi-faksi dalam tubuh militer Myanmar. Menurut mereka, pemecatan dan penahan PM Khin Nyunt secara gamblang menunjukan adanya perang ekonomi di antara faksi-faksi militer dan mengungkap merebaknya berbagai praktik koruosi di negara Asia Tenggara yang mengucilkan diri itu.

Pasukan Intelijen Myanmar(MI) yang dipimpin Khin Nyunt dikenal kejam. mereka diduga kuat menguasai pasar gelap dan uang hasil perdagangan obat bius Myanmar, negara penghasil opium terbesar kedua di dunia. Sudah lama Khin Nyunt dan jajaran MI-nya menjadi pesaing utama faksi militer garis keras yang setia pada jenderal nomor satu Than Shwe, yang diam-diam mengincar keberuntungan mereka.

"Mereka (anggota MI) telah bertindak seperti mafia," kata sebuah sumber yang dekat dengan kalangan intelijen militer Myanmar. Ditambahkan, mereka memanfaatkan status sebagai kesatuan elit untuk mengumpulkan kekayaan dalam jumlah melimpah. Praktik-praktik korupsi MI terutama dilakukan di sepanjang daerah perbatasan, dimana penghasilan seorang tentara berpangkat sersan bisa jauh lebih tinggi dari penghasilan rekan-rekannya yang bertugas di daerah perkotaan.

Senin lalu dari Bangkok diberitakan bahwa terjadi peristiwa pemberangusan berbagai bisnis milik Khin Nyunt sendiri dan para kroninya. Jenis-jenis yang diberangus mulai dari bisnis bar, karoke hingga biro perjalanan dan surat kabar. Penutupan atau penghentian sementara bisnis Khin Nyunt ini dilakukan atas perintah pemimpin junta Than Shwe.

Jadi, jelas sudah bahwa Khin Nyunt adalah korban berganda Than Shwe.

Pertama, ia korban dari kekhawatiran Than Shwe akan keamanannya di masa depan. Kedua, ia juga korban persaingan bisnis yang kejam melawan para jenderal garis keras yang loyal pada jenderal senior.

Kompas, 02 September 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar